Cari artikel Ini

Wednesday 27 July 2011

SENSITIFITAS BUDAYA DALAM KONSELING

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Globalisasi dengan segala implikasinya seperti kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi telah menipiskan ruang dan jarak antar manusia. Di ujung dunia manapun dan kejadian jenis apapun dalam sekejap akan diketahui oleh setiap orang. Ini artinya ada jutaan persepsi yang mengganggu pemahaman orang dan berimplikasi pada bagaimana mereka berkomunikasi satu sama lain. Globalisasi juga menegaskan hukum alam yang tak bisa dihindari, bahwa manusia selalu berpikir dan bertindak dalam lingkup tradisi dan budayanya masing-masing.

Dewasa ini konselor bagi mahasiswa di perguruan tinggi sering mengadopsi suatu pandangan bahwa situasi konseling diterapkan dalam setiap pristiwa yang ditanamkan dalam konteks yang lebih luas pada seluruh kehidupan diri mahasiswa. .kebutuhan untuk membangun perspektif secara sepontan memanusiakan manusia ketika mahasiswa asing diberikan nasehat.permasalahan dismpaikan mahasiswa asing kepada konselor sering kali membawa kedangkalan pola-pola dan nilai-nilai budaya,tingkat perbedaan budaya,terhadap pemikiran yg merusak penerimaan yang lazim dalam konseling.


B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang  masalah  dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa saja tingkat perbedaan budaya?
2.      Bagaimana sifat budaya mempengaruhi sensifitas budaya dalam konseling?
3.      Apa saja hambatan dalam komunikasi dan penyesuaian diri antar budaya?
4.      Bagaimana sensifitas budaya dalam konseling?
5.      Karakteristik apa yg harus dimiliki konselor untuk mampu menciptakan sensifitas budaya?
C.     TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan mkalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tuntutan mata kuliah konseling lintas budaya
2.      Agar pembaca mengetahui tingkat perbedaan budaya.
3.      Agar memahami sifat-sifat budaya
4.      Agar pembaca memahami sensifitas budaya
5.      Agar pembaca mengetahui hambatan yg muncul dari penyesuaian diri antar budaya
6.      Agar pembaca mengetahui karakteristik apa yang menunjang dalam penerimaan budaya
D.    MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mahasiswa dapat memahami tingkat-tingkat perbedaan budaya
2.      Mahasiswa mampu mengetahui sifat budaya.
3.      Mahasiswa mampu mengetahui hambatan apa yang muncul dari penyesuaian antar budaya
4.      Mahasiswa mampu memahami sensifitas budaya dalam konseling
5.      Mahasiswa mampu memahami karakteristik konselor.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    TINGKAT-TINGKAT PERBEDAAN BUDAYA
Unsur-unsur budaya yang dibawakan oleh organisasi dan lembaga-lembaga sosial dapat menpengaruhi apa apa yang dilakukan dan difikirkan oleh individu. Tingkat pendidikan yangh ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya. Hal ini menimbulkan tingkat-tingkt perbedaan budaya yang sangat besar.
Secara garis besar ada 3 tingkatan perbedaan budaya.
1.      Budaya tingkat internasional (Amerika, Indonesia, Jepang, Cina, dan India terlihat perbedaan yang amat nyata seperti halnya dalam cara berpakaian, bahasa, cara berfikir, dan tingkah laku)
2.       Perbedaan budaya dalam tingkat kelompok etnik (di daratan Cina atau India masing-masing dapat dijumpai berbagai subkultur Cina atau India)
3.      Sosial budaya yang terdapat di dalam satu etnis yang terkecil (dialek dalam bahasa, adat istiadat dalam perkawinan, kelahiran dan kematian)

B.     SIFAT BUDAYA
Sifat budaya ada dua, yaitu budaya yang bersifat universal (umum) dan budaya yang khas (unik). Budaya universal  mengandung pengertian bahwa nilai nilai yang dimiliki oleh semua lapisan masyarakat. Nilai nilai ini dijunjung tinggi oleh segenap manusia. Dengan demikian, secara umum umat manusia yang ada di dunia ini memiliki kesamaan nilai nilai tersebut. Contoh dari nilai universal ini antara lain manusia berhak menentukan hidupnya sendiri, manusia anti dengan peperangan, manusia mementingkan perdamaian, manusia mempunyai kebabasan dan lain-lain.
Nilai budaya yang khas (unik) adalah suatu nilai yang dimiliki oleh bangsa tertentu. Lebih dari itu, nilai nilai ini hanya dimiliki oleh masyarakat atau suku/ etnis tertentu dimana keunikan ini berbeda dengan kelompok atau bangsa lain. Keunikan nilai ini dapat
Menjadi barometer untukmengenal bangsa atau kelompok tertentu. Nilai budaya yang dianutoleh masyarakat tertentu pada umumnya dianggap mutlak kebenarannya. Hal ini tampak pada perilaku yang ditampakkan oleh anggota masyarakat itu. Mereka mempunyai keyakinan bahwa apa yang dianggap benar itu dapat dijadikan panutan dalam menjalani hidup sehari hari. Selain itu, nilai budaya yang diyakini kebenarannya tersebut dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah yang timbul. Dengan kata lain bahwa nilai budaya tertentu yang ada dalam suatu masyarakat mempunyai suatu cara tersendiri untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam anggota masyarakat tersebut. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang multi etnis. Dengan demikian sangat banyak nilai-nilai unik yang ada di dalam etnis bangsa Indonesia. Tiap daerah mempunyai nilai nilai khas yang sangat dijunjung tinggi oleh kelompok masyarakatnya. Kalimat tersebut mengundang suatu pertanyaan yaitu, apakah bangsa Indonesia tidak mempunyai budaya nasional? Punya!
Setelah kita merdeka dan menyatakan sebagai bangsa yang bersatu, saat itu pulalah mulai digali nilai nilai yang ada di dalam kelompok etnis bangsa Indonesia. Dalam hal ini, disusun suatu pola yang dapat mewakili budaya Indonesia secara utuh. Nilai nilai yang disatukan itu dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu kesatuan lima sila dalam Pancasila; Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab ,persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia (Rosjidan 1995).Kebudayaan universal atau lebih dikenal dengan kebudayaan nasional bangsa Indonesia tidak bersifat dogmatis dan statis. Hal ini memungkinkan terjadi proses penyempurnaan secara terus menerus.
 Penyempurnaan ini digali dari budaya yang unik tersebut. Artinya budaya atau nilai nilai yang khas yang dimiliki oleh suku suku di Indonesia secara terus menerus memberikan sumbangan untuk sempurnanya budaya nasional ini juga untuk menjawab tuntutan jaman yang terus berkembang dan semakin maju.Ki Hajar Dewantara (1977) menjelaskan lebih lanjut tentang sifat kebudayaan yang tidak statis tersebut. Kebudayaan mempunyai tujuan untuk memajukan hidup manusia kearah keadaban. Oleh sebab itu perlu diingat bahwa:
1.      Pemeliharaan kebudayaan harus bermaksud memajukan dan kebudayaan dengan tiap tiap pergantian alam dan jaman
2.      Karena pengasingan (isolasi) kebudayaan menyebabkan kemunduran dan kematian, maka harus selalu ada hubung an antara kebudayaan danmasyarakat
3.       Pembaharuan kebudayaan mengharuskan pula adanya hubungan dengan kebudayaanlain,yang dapat memperkembangkan (memajukan, menyempurnakan) atau memperkaya (yakni menambah) kebudayaan sendiri
4.      Memasukkan kebudayaan lain, yang tidak sesuai dengan alam dan jamannya, hingga merupakan "pergantian kebudayaan" yang menyalahi tuntutan kodrat dan masyarakat selalu membahayakan;
5.      Kemajuan kebudayaan harus berupa lanjutan langsung dari kebudayaan sendiri, menuju kearah kesatuan kebudayaan dunia dan tetap terus mempunyai sifat kepribadian di dalam Iingkungan kemanusiaan sedunia.

C.     HAMBATAN  DALAM  KOMUNIKASI DAN PENYESUAIAN DIRI ANTAR BUDAYA
Ada 5 macam sumber hambatan yang nuncul dalam komunikasi dan penyesuaian diri antar budaya.
1. Sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa
2. komunikasi non verbal
3. Stereotip
4. Kecenderungan menilai
5. Kecemasan

Inti dari proses pelayanan BK adalah komunikasi antar klien dan konselor, maka proses pelayanan BK yang bersifat antar budaya (klien dan konselor) berasal dari latar belakang budaya yang bebeda sangat peka terhadap pengaruh dari sumber-sumber hambatan komunikasi tersebut.
Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosila ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.
Aspek budaya tidak hanya mempengarauhi proses konseling saja, akan tetapi lebih luas lagi mempengaruhi tujuan, proses, sasaran,sensifitas dan alasan penyelenggaraan konseling.

D.    SENSIFITAS BUDAYA
Konseling antar budaya akan berhasil apabila telah mengembangkan 3 dimensi kemampuan yaitu dimensi keyakinan, dan sikap pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan klien antar budaya yang akan dilayani.
Konselor tidak dipersiapkan secara khusus untuk menangani klien-klien yang latar belakang budaya, suku atau ras, dan kelompok- Kelompk sosial ekonomi tertentu, akan tetapi menangani klien yang bersifat antar budaya atau bahkan multi budaya.
Kebutuhan akan konseling antar budaya di Indonesia makin terasa, mengingat penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memilki beraneka corak sub-kultur yang berbeda-beda karakteristik sosial budaya masyarakat yang majemuk itu tidak dapat diabaikan dalam perencanaan dan penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Pelayanan BK yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat manusia Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia sendiri. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan BK harus dilandasi dan mempertimbangkan keanekaragaman sosial budaya yang hidup dalam masyarakat, disamping kesadaran akan dinamika sosial budaya itu menuju masyarakat yang lebih maju.(Adhiputra,2010.190)

Ketika koselor dan klien secara bersama dalam budaya yang sama, konselor mempercayakan intuitively atas penerimaan secara bersama sama untuk menyempurnakan diluar tujuan klien, Dan atas pemahaman pribadinya untuk memenuhi jurang pemisah dalam lantar belakang diri klien.ketika participant budaya konseling dibedakan, konselor sering kurang menyimpulkan secara implicit untuk menciptakan image coherent pada diri klien. Seperti aspek-aspek yang signipikan pada persepsi,ingatan, dan sisa sejarah yang membisu.Waktu yang mengiris pada sesi konseling akan memperluas horizontally yang meliputi sejarah dan masa depan klien, serta ketegak lurusan ke penggabungan makna budaya itu.
Interaksi  antar konselor dengan klien mungkin dapat dilihat sebagai intervensi disengaja dalam aktivitas klien- konstruk wawasan dan pemahamanya, serta kebaikannya untuk memuaskan klien atas efektivitas yang diperbaiki.para partisipan semestinya menciptakan setiap interface akan menompang hubungan konseling dan menompang mampaat penerimaan interface klien yang begitu luas adalah dibutuhkan dengan sungguh-sungguh dan kehangatan, serta membangkitkan rasa empatinya. Konsep ahirnya adalah mengkritisi komonikasi antar budaya, semenjak di sarankan empati ketentuan pertalian dan hubungan berdasarkan atas kesamaan antar kedua partisipan konseling antar budaya, mungkin tidak adanya definisi interaksi yang akurat secara menyeluruh, semenyak empati, menjelaskan pemahaman orang lain atas kesulitan bersama, tidak akan terjadi. Sebelum menjauhi kemungkinan konseling antar budaya, kita selalu melihat kebutuhan yang serupa untuk menompang empati.
Membangun suatu proses berbaris psikologi, budaya belajar ( cultural learning ) mungkin menentukan seprangkat persepsi persamaan yang lebih menemukan perbedaanya. Jika laboratory ditemukan akan bias memperluas level persepsi social, kita dapat melakukan hipotesis yaitu sebagian masyarakat Amerika, sebagai contoh, budaya belajar mendorong persepsi yang sama dengan yang lainya, orang Perancis ( French ) mungkin predisposition untuk menerima suatu perbedaan. Pengamatan secara umum yang dibutuhkan adalah untuk memperkuat atau juga untuk menolaknya.

Skala empati telah menyempatkan suatu keberhasilan dan ketercapaian yang tidak dapat dibandingkan status nominalnya dalam masyarakat Amerika, status yang tak dibutuhi tanda ( unmarked ) akan memperkeruh salah satu konotasi negative atau makna fungsi negative. Dalam sejarah psikologi gous bac di Amerika di tahun 1903 ketika Titchener menterjemahkan tulisan dari Theodore Lipps ( 1903 ), khususnya dia menterjemahkan ke konsep “Einfuhlung as emnpathy”. Masyarakat penduduk asli Jerman mengenai suatu pengalaman aesthetic dan arti dari cara berbaring rapat menirukan motor ( Adhiputra,2010,192 ). Itu hanya akan berakhir ketika konsep yang di peroleh artinya pada kecakapan umum untuk memahami orang lain.
Arti dari empati adalah suatu perubahan bagi masyarakat Amerika, teristimewa oleh nilai-nilai empati yang menekankan kesamaan dan persepsi mereka sendiri. Definisi empati sekarang adalah sering membingungkan dengan kedua potensi interface antara persons – sympathy, suatu konsep yang lama dalam sejarah yang sulit. Pada waktu yang terdahulu Adam Smith pada penjelasan akhirnya merasakan suatu keburukan ( disrepute ) dan mengetahuinya adanya batas terutama untuk permintaan dari rasa keharuan ( compassion ) dan untuk studi anak-anak ( Adhiputra,2010.193 ).
Menandakan suatu kondensasi proses konseling pada seluruh pengalaman hidup individu, menekankan sebagian pengalaman lebih dari yang lain. Situasi konseling adalah “simulacrum” pada tempat kehidupan klien. Hal tersebut dipersepsikan sebagai suatu yang usang (timeworn) dan sulit dianalisis, tapi kita telah memiliki saat putaran teknologi dan menggunakan prinsip-prinsip hologram sebagai model untuk situasi konseling. Dalam informasi hologram dalam mengamati catatan atas lapisan hologram dalam bentuk campur tangan yang kompleks, pola-pola yang kelihatan tak berarti. Ketika pola-pola itu diterangi oleh cahaya yang masuk akal bagaimanapun kesan originalnya adalah direkontruksi proses yang parallel terhadap rekontruksi dalam interaksi antara konselor dengan klien.
Klarifikasi teoritis dan  praktis terhadap empati masih meninggalkan satu pertanyaan ,yaitu:bagaimana setiap orang,konselor,dapat ,memiliki suatu pemahaman terhadap kesadaran pada orang laen ,seperti klien. Untuk menggenggam emati secara natural ,suatu pengertian apa yang terjadi terjadi dalam persepsi pada setiap peristiwa itu

E.     KARAKTERISTIK KONSELOR
Dari ulasan diatas agar berjalan efektif konselor dalam hal ini dituntut untuk mempunyai kompetensi atau kemampuan yang luas. Tetapi dalam hal ini perlu pula disajikan karakteristik atau ciri ciri khusus dari konselor yang melaksanakan layanan konseling lintas budaya. Sue (Dalam George & Cristiani: 1990) menyatakan beberapa karakteristik konselor sebagai berikut:
1.      Konselor lintas budaya sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang dimilikinya dan sumsi asumsi terbaru tentang perilaku manusia. Dalam hal ini, konselor yang melakukan praktik konseling lintas budaya, seharusnya sadar bahwa dia memiliki nilai nilai sendiri yang harus dijunjung tinggi. Konselor harus sadar bahwa nilai nilai dan norma norma yang dimilikinya itu akan terus dipertahankan sampai kapanpun juga. Di sisi lain, konselor harus menyadari bahwa klien yang akan dihadapinya adalah mereka yang mempunyai nilai nilai dan norma yang berbeda dengan dirinya. Untuk hal itu, maka konselor harus bisa menerima nilai nilai yang berbeda itu dan sekaligus mempelajarinya.
2.      Konselor lintas budaya sadar terhadap karakteristik konseling secara umum.
Konselor dalam melaksanakan konseling sebaiknya sadar terhadap pengertian dan kaidah dalam melaksanakan konseling. Hal ini sangat perlu karena pengertian terhadap kaidah kanseling yang terbaru akan membantu konselor dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien. Terutama mengenai kekuatan baru dalam dunia konseling yaitu konseling lintas budaya.
3.      Konselor lintas budaya harus mengetahui pengaruh kesukuan, dan mereka harus mempunyai perhatian terhadap lingkungannya. Konselor dalam melaksanakan tugasnya harus tanggap terhadap perbedaan yang berpotensi untuk menghambat proses konseling. Terutama yang berkaitan dengan nilai nilai atau norma norma yang dimiliki oleh suku suku tertentu. Terlebih lagi, jika konselor melakukan praktek konseling di indonesia. Dia harus sadar bahwa Indonesia mempunyai kurang lebih 357 etnis, yang tentu saja membawa nilai nilai dan norma yang berbeda. Untuk mencegah timbulnya hambatan tersebut, maka konselor harus mau belajar dan memperhatikan lingkungan di mana dia melakukan praktik. Dengan mengadakan perhatian atau observasi nilai-nilai lingkungan di sekitarnya, diharapkan konselor dapat mencegah terjadinya kemandegan atau pertentangan selama proses konseling.

4.      Konselor lintas budaya tidak boleh mendorong seseorang (klien) untuk dapat memahami budayanya (nilai-nilai yang dimiliki konselor) Untuk hal ini, ada aturan main yang harus ditaati oleh setiap konselor. Konselor mempunyai kode etik konseling, yang secara tegas menyatakan bahwa konselor tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada klien. Hal ini mengimplikasikan bahwa sekecil apapun kamauan konselor tidak bolah dipaksakan kepada klien.Klien tidak boleh diintervensi oleh konselor tanpa persetujuan klien.

5.      Konselor lintas budaya dalam melaksanakan konseling harus mempergunakan pendekaten eklektik Pendekatan eklektik adalah suatu pendekatan dalam konseling yang mencoba untuk menggabungkan beberapa pendekatan dalam konseling untuk membantu memecahkan masalah klien. Penggabungan ini dilakukan untuk membantu klien yang mempunyai perbedaan gaya hidup. Selain itu, konseling eklektik dapat berupa penggabungan pendekatan konseling yang ada dengan pendekatan yang digali dari masyarakat pribumi (indegenous).

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN.
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa kebudayaan memiliki 3 tingkatan perbedaan yaitu: (1) budaya tingkat interpersonal,(2)budaya dalam tingkat kelompok etnis,dan yang ke (3) adalah sosial budaya yang terdapat didalam satu etnis terkecil. Dan ada 5 macam sumber hambatan yang nuncul dalam komunikasi dan penyesuaian diri antar budaya diantaranya(1). Sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa(2). komunikasi non verbal(3). Stereotip(4). Kecenderungan menilai.dan (5)Kecemasan.
Supaya konseling bisa berjalan efektip  konselor hendaknya mempunyai kompetensi atau kemampuan yang luas dan karakteristik sebagai berikut;(1)Konselor lintas budaya sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang dimilikinya dan sumsi asumsi terbaru tentang perilaku manusia. (2)Konselor lintas budaya sadar terhadap karakteristik konseling secara umum.(3) Konselor lintas budaya harus mengetahui pengaruh kesukuan, dan mereka harus mempunyai perhatian terhadap lingkungannya.(4) Konselor lintas budaya tidak boleh mendorong seseorang (klien) untuk dapat memahami budayanya (nilai-nilai yang dimiliki konselor) dan(5) Konselor lintas budaya dalam melaksanakan konseling harus mempergunakan pendekaten eklektik.
3.2 SARAN-SARAN
            Saran yang dapat kami berikan adalah agar individu pada umumnya mahasiswa BK kususnya dapat mendalami materi dalam makalah ini agar dapat mengefektifkan dalam segi kinerjanya nanti. Serta dapat menambah wawasan tantang materi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Adhipura.2010.Konseling lintas budaya.Denpasar:cv.kayumas agung.
Ahmadi,Abu.1986.AntropologiBudaya.Surabaya:Pelangi










Thursday 5 May 2011

BIMBINGAN DAN KONSELING

TEHNIK BIMBINGAN DAN KONSELING
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah “Guidance and Counseling”


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga kepada para pelajar.
Seperti kita telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah/ problem yang dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya. Dengan melihat pengertian disamping bahwa tidak dapat kita kesampingkan bahwa kode etik juga penting bagi seorang pembimbing, sehingga konselor tidak akan berjalan seenaknya saja.
Oleh sebab itu maka penulis akan membahas mengenai tehnik-tehnik bimbingan serta kode etik konselor agar bisa menambah pengetahuan mendalam mengenai bimbingan dan konseling pada anak didik sehingga akan menjadi pencerahan tersendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Macam-macam tehnik bimbingan dan konseling
2. Pengertian dari macam-macam tehnik bimbingan dan konseling
3. Kode etik Konselor







BAB II
PEMBAHASAN

A. MACAM – MACAM TEHNIK BIMBINGAN DAN KONSELING BESERTA PENGERTIANNYA
Dalam bimbingan dan konseling ada jenis tehnik bimbingan, yaitu
1. Individual Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Individu)
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya
Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha menempatkann diri dalam situasi diri klien denagn segala masalah-masalah yang dihadapinya. Denagn sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan konseling.
v Tehnik Direktif dan Non-Direktif
a. Tehnik Direktif
Konseling direktif, yang karena proses dan dinamika pengentasan masalahnya mirip “ penyembuhan penyakit”, pernah juga disebut “konseling klinis” (clinical counseling). Pendekatan ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G. Darley yang berasumsi dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya. Karena itu kilen membutuhkan bantuan dari orang yaitu konselor.
Dengan demikian, inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien untuk dipergunakan dalam usaha diagnosis.
Konseling direktif berlangsung menurut langkah-langkah umum sebagai berikut:
1) Analisis data tentang klien
2) Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien.
3) Diagnosis masalah
4) Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya
5) Pemecahan masalah
6) Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
b. Tehnik Non-Direktif
Konseling direktif sering juga disebut “client contered terapi” pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rogers dari universitas Wisconsin di Amerika Serikat. Konseling non-direktif merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien. Melalui pendekatan ini klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaannya dan pikiran-pikirannya secara bebas.
Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya tidak dapat berkembang. Sehingga untuk mengembangkan dan mengfungsikan kembali kemampuannya itu klien memerlukan bantuan
Bertitik tolak dari anggapan dan pandangan tersebut, maka dalam konseling inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah diletakkan dipundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban dan peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada klien itu berkembang secara optimal, dengan cara menciptakan hubungan konseling yang hangat dan permisif. Suasana seperti itu akan memungkinkan klien mampu memecahkan sendiri masalahnya.
Dalam suasana seperti itu konselor merupakan “agen pembangunan” yang mendorong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut. Salah satu prinsip yang penting dalam konselling non direktif adalah mengupayakan agar klien mencapai kematangannya, produktif, merdeka, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.

v Tehnik Selektif
Disadari bahwa setiap pendekatan atau teori diatas mengandung kekuatan dan kelemahan, namun semuanya telah telah menyambung secara positif kepada dunia bimbingan dan konseling, baik secara teoritis maupun praktis. Disadari pula bahwa dalam kenyataan praktek konseling bahwa tidak semua masalah dapat dientaskan secara baik hanya dengan satu pendekatan atau teori saja. Ada masalah yang lebih cocok diatasi dengan tehnik direktif dan ada pula yang lebih cocok dengan tehnik non-direktif atau dengan teori khusus tertentu.
Tehnik direktif dan tehinik non-direktif merupakan dua pendekatan yang amat berbeda. Masing-masing berdiri dalam dua kutub yang berlawanan, apabila dari kutub yang satu ditarik garis kekutub yang lain maka akan terbentuk garis kontinum, yaitu garis yang memungkinkan gerak pengembangan berbagai modifikasi antara dua arus teori tersebut.(prayitno, 1987).
Dengan perkataan lain bahwa bisa saja sebuah masalah dapat diselesaikan dengan kedua tehnik tersebut atau tidaklah dapat ditetapkan bahwa setiap masalah harus diatasi dengan salah satu tehnik saja. Tehnik mana yang cocok digunakan sangat ditentukan oleh beberapa factor, antara lain:
1) Sifat masalah yang dihadapi (misalnya tingkat kesulitan dan kekompleksannya)
2) Kemampuan klien dalam memainkan peranan dalam proses konseling
3) Kemampuan konselor sendiri, baik pengetahuan maupun ketrampilan dalam menggunakan masing-masing tehnik.

v Tehnik Behavioralisme
Manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktor- faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan mem-berikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar :
• Pembiasaan klasik,
• Pembiasaan operan
• Peniruan.
Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Manusia cenderung akan mengambil sti-mulus yang menyenangkan dan menghin-darkan stimulus yang tidak menyenang-kan. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diteri-manya. Memahami kepribadian manusia : mempelajari dan memahami bagai-mana terbentuknya suatu tingkah laku
Karakteistik konseling behavioral :
-Berfokus pada tingkah laku yang tampak
-Cermat dan operasional dalam merumuskan tujuan konseling
-Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik
-Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling
Asumsi tingkah laku bermasalah
- Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan
- Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah
- Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya
- Tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
- Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
Teknik konseling behavioral diarahkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk
proses konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
Macam-macam tehnik behavioralistik:
- Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).
Teknik ini dimaksudkan untuk mem-bongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan meng-gantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan meng-internalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
- Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien
Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobser-vasi, dan menyesuaikan dirinya dan meng-internalisasikan norma-norma dalam sis-tem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

2. Group Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Kelompok)
Tehnik ini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.
Tehnik ini membawa keuntungan pada diri murid, diantaranya;
- menghemat waktu dan tenaga
- menciptakan kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau masalah pribadi-social.
- Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha mengahadapi kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.
Beberapa bentuk khusus tehnik bimbingan kelompok:
1) Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.
2) Karyawisata (field trip)
Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok. Denagn berkaryawisata murid mendapat kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggungjawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.
Dalam contoh seorang anak dapat kesempatan untuk mengembangkan kesenangannya dan bakatnya dalam peninjauan keproyek jalan raya. Ia dapat menunjukkan kemampuannya kepada teman-temannya dan mengembalikan harga dirinya.
3) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akanmendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suaru masalah.
Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri. Masalah yang mungkin dapat diduskusikan antara lain:
- pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok
- perencanaan suatu kegiatan
- masalah-masalah pekerjaan
- masalah belajar
- masalah penggunaan waktu senggang
- masalah persahabatan, keluarga dsb.
4) Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpatisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan. Juga dapat menembangkan tanggungjawab. Tehnik sosiometri dapat banyak menolong dalam pembentukan kelompok.
5) Keorganisasian
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual maupun kelompok dapa diseleseikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehdupan social. Mengaktipkan murid dalam mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggungjawab dan harga diri.
6) Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam memecahkan masalah-masalah social dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah social.
Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung situai masalah yang dihadapinya. Dari pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.
7) Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan tehnik memecahkan masalah social, maka psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psyshis yang dialami individu. Kemudian murid-muri d diminta untuk memainkan dimuka kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.
8) Remedial teaching
Remedial teaching atau oengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk bermacam-macam seperti penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Tehnik remedial ini dilakukan setelah diadakan diagnose terhadap kesulitan yang dialami murid.
B. KODE ETIK PADA BIMBINGAN KONSELING
Kode etik yaitu ketentuan atau peraturan yang harus ditaati oleh siapa saja yang berkecimpung dalam bidang bimbingan dan penyuluhan demi untuk kebaikan. Denagn adanya kode etik dalam bimbingan dan penyuluhan dimaksudkan agar bimbingan dan penyuluhan tetap dalam keadaan baik dan justru diharapkan semakin baik.
Kode etik ini mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa akibat yang tidak menyenangkan. Dibawah ini akan beberapa kode etik dalam bimbingan dan konselling:
1. pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan konseling harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan.
2. pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Karena itu pembimbing jangan sampai mencampuri weenang serta tanggung jaawabnya.
3. oleh karena pekerjaan pembimbing langsung dengan kehidupan pribadi orang, maka seorang pembimbing harus:
a. dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c. Menghargai sama terhadap bermacam-macam klien.
4. pembimbing tidak diperkenankan:
a. menggunakan tenaga-tenaga ahli yang tidak terdidik dan terlatih
b. menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi klien
d. Mengalihkan klien kepada konselor lain, tanpa persetujuan klien.
5. meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain diluar kemampuan atau diluar keahliannya
6. pemmbimbing haruslah menyadari akan tanggungjawabnya yang berat yang memerlukan pengabdian sepenuhnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
v Macam – Macam Tehnik Bimbingan Dan Konseling Beserta Pengertiannya
• Individual Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Individu)
1.Tehnik Direktif dan Non-Direktif
2.Tehnik Selektif
3.Tehnik Behavioralisme

• Group Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Kelompok)
o Home room program
o Karyawisata (field trip)
o Diskusi kelompok
o Kegiatan kelompok
o Keorganisasian
o Sosiodrama
o Psikodrama
o Remedial teaching
v KODE ETIK PADA BIMBINGAN KONSELING
• konseling harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan.
• pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil sebaik-baiknya
• seorang pembimbing harus:
-dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
-Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
-Menghargai sama terhadap bermacam-macam klien.
• pembimbing tidak diperkenankan:
-menggunakan tenaga-tenaga ahli yang tidak terdidik dan terlatih
-menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
-Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi klien
-Mengalihkan klien kepada konselor lain, tanpa persetujuan klien
• pemmbimbing haruslah menyadari akan tanggungjawabnya yang berat yang memerlukan pengabdian sepenuhnya
























DAFTAR PUSTAKA

Djuhur I. & Surya Moh., 1975. Bimbingan dan Penyuluhan diSekolah. CV;ILMU: Bandung
Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta Jakarta
A, Hellen. 2002. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Ciputat Press. Jakarta
Winkel, W.S.. 1001. Bimbingan dan Konselinh di Institusi pendidikan. PT. Grasindo: Jakarta
Walgito, Bimo.1995 Bimbingan dan Penyuluhan DiSekolah. Andi Offset: Yogyakarta
www.bimbingan dan penyuluhann,DYP Sugiharto.co

Thursday 28 April 2011

20 CARA MENCIPTAKAN LEBIH BANYAK WAKTU

       Agar dapat meluangkan waktu hal-hal yang bermakna,Anda perlu tau terlebih dahulu apa hal-hal itu.Ini akan menjadi lebih medah jika anda memahami nilai-nilai anda,dan kegiatan spesifik apa saja yang mendukungnya.jadi pertama-tama,tetapkan apa yang menjadi nilai-nilai anda.cobalah tuliskan beberapa nilai yang terpikir oleh anda,misalnya keluarga,persahabatan,kerja keras,pendidikan, prestasi,penampilan,uang,kebahagiaan,perkawinan,kebaikan hati,kesehatan jasmani,kesehatan rohani.Lalu tanyai diri anda "yang mana dari nilai-nilai tersebut yang pling penting bagi saya?"
       Setelah itu, pikirkan semua tujuan yang ingin anda capai dalam hidup.apakah anda ingin punya lebih banyak waktu untuk keluarga?,mendapatkan pekerjaan yang lebih cocok?,mencari hobi baru?,membaca buku?,menulis buku? Berikutnya,tentukan tujuan mana saja yang paling penting bagi anda.pastikan bahwa tujuan itu sejalan dengan nilai-nilai anda. sebagai contoh,jika anda menetapkan tujuan untuk menjadi kaya raya sedangkan nilai anda adalah keluarga ,sudah pasti anda akan mengngalami konflik.
        Sekarang,untuk tujuan-tujuan yang telah anda pilih,pikirkan sejumlah kegiatan yang akan membantu anda  mencapai setiap tujuan.Contohnya, jika salah satu tujuan anda adalah menurunkan berat badan,maka berolahraga adalah kegiatan yang dapat membantu mencapai tujuan itu.
         Setelah mengenali  kegiatan apa saja  yang akan anda lakukan untuk mengisi hari-hari anda,tantangannya adalah menerapkan  teori  yang optimistis ini kedalam praktek nyata.
Saran -saran berikut mungkin bisa membantu.
 1.  BUATLAH DAFTAR TUGAS HARIAN
Susunlah tugas-tugas secara berurutan. tandai yang patut diberi lebih banyak waktu.contreng yang                    sudah selesai.pindahkan tugas yang blum selesai ke daftar tugas besok.
 2.   SINKRONKAN KALENDER-KALENDER ANDA
Jangan sampai anda melupakan suatu janji gara-gara itu cuma ada di kalender yang satu lagi.jika anda memiliki satu kalender di komputer dan kalender lain di ponsel, priksa apakah bisa menyinkronkan keduanya.
 3.   TULISKAN RENCANA KERJA
Yang  mencakup  semua langkah yang diperlukan untuk mengerjakan suatu proyek,dan susunlah dengan urutan yang benar.
 4.   UMUMNYA DAHULUKAN TUGAS YANG  TERPENTING
 Anda akan lebih mudah  mencari waktu untuk hal-hal yang kurang penting.
 5.   TETAPKAN  TUJUAN YANG ADA DALAM KENDALI ANDA
 Lebih realistis jika anda berupaya meningkatkan  keterampilan kerja daripada berupaya menjadi presiden  direktur perusahaan.
 6.    AKUI BAHWA MUSTAHIL ANDA MEMILIKI WAKTU UNTUK SEGALANYA
 Utamakan kegiatan yang membuahkan hasil terpenting.alokasikan sebanyak mungkin waktu untuk kegiatan-kegiatan yang anda rasa sangat bermanfaat sesuai dengan tujuan anda.
 7.     BUATLAH JURNAL WAKTU
Untuk mengetahui kemana saja larinya waktu anda,catat setiap kegiatan anda selama satu atau dua minggu.apakah banyak waktu habis untuk kegiatan yang tidak penting.singkirkanlah kegiatan-kegiatan yang tanpa disadari telah memboroskan waktu anda.
8.      BUAT JADWAL YANG TIDAK TERLALU PADAT
Jika anda berencana untuk berbelanja  makanan,menonton tv,memperbaiki mobil, mengundang tamu dan nonton vilem,semua dijejalkan dalam satu hari anda akan merasa dikejar-kejar dan pasti tidak akan menikmati apa-apa.
9.       KURANGI GANGGUAN 
Tandai sjumlah waktu tertentu setiap hari yang tidak bleh diganggu kecuali benar-benar perlu.jika mungkin matikan telfon pada waktu tersebut.matikan juga  pengingat elektronik yang sering muncul tiba-tiba jika itu bisa mengganggu pekerjaan  anda.
10.      JADWAL PEKERJAAN TERSULIT PADA JAM-JAM KETIKA ANDA PALING ENERGIK DAN TANGGAP.
11.      LAKUKAN TUGAS  YANG PALING TIDAK MENYENANGKAN SESEGERA MUNGKIN
 Begitu tugas itu beres ,anda akan  merasa  lebih bersemangat untuk mengerjakan kegiatan lain yang tidak begitu sulit.
12.      SISIHKAN WAKTU UNTUK HAL YANG TIDAK TERDUGA.
 Kalau anda merasa  bisa tiba disuatu tempat  dalam waktu  sekitar 15 menit ,tambahkanlah  menjadi 25 menit.jika menurut  anda suatu pertemuan  akan berjalansatu jam,luangkan satu jam 20 menit dalam satu hari, jadwalkan waktu kosong.
13.      MANFAATKAN WAKTU TRANSISI
 Dengarkan musik atau mendengarkan berita sembari bercukur baca sesuatu sementara menunggu atau  duduk di bus.tentu,anda bisa saja menggunakan waktu itu untuk bersantai . Tapi jangan menyia-nyiakannya  lalu mengomel belakangan.
14.      TERAPKAN ATURAN 80/20
 Apakah sekitar 2 dari 10 pekerjaan dalam daftar tugas anda merupakan yang pling penting? dapatkan  suatu pekerjaan  dianggap  selesai  setelah anda membereskan  aspek-aspeknya yang pling penting saja?
15.       JIKA MERASA KEWALAHAN,
Tuliskan  setiap tugas di selembar  kartu kecil,. lalu, bagi kartu-kartu menjadi dua kelompok.hari ini dan besok.,lakukan hal yang sama kesokan harinya.
16.       SECARA BERKALA,AMBIL WAKTU ISTIRAHAT  UNTUK "MENGISI BANTRE ANDA"
Bekerja lagi dengan lagi dengan pemikiran dan tubuh yang segar  bisa lebih produktif daripada  berjam-jam kerja lembur,.
17.        BERFIKIRLAR DI KERTAS 
Tuliskan  suatu  problem ,uraikan knp hal tersebut mengganggu anda,dan daftarkan sebanyak  mungkin solusinya yang terpikirkan.
18.        JANGAN JADI PERFEKSIONIS
 Ketahuilah kapankapa waktunya untuk berhenti dan berpindah ke kegiatan  penting berikutnya.
19.        BERJALAH SECARA PROFESIONAL 
 Jangan  tunggu  suasana hatiyang pas, mulai  saja bekerja.
20.        BERSIKAPLAH  FLEKSIBEL
Ini hanyalah saran bukan aturan kaku. coba-coba dan cari tahu mana yang paling efektif,dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anda.



**Gagasan ini kurang lebih didasarkan atas ide seorang ekonom italia abad ke 19 bernama VILFFREDO PARETO dan juga dikenal sebagai prinsip PARETO.Diamati ,80 % hasil seringkali berasal dari 20% upaya. penerapannya sangat banyak ,tetapi  ini contoh sederhananya : saat menyapu lantai ,sekitar  80% kotoran yang dibersihkan kemungkinan  besar berasal dari 20 % luas lantai ,yaitu bagian yang sering dilewati orang.